Sepahit Madu 2

One More Time One More Chance

sepahit madu


Waktu tak bisa terulang kembali, dia sudah didepanku, untuk menahan diripun aku tak bisa bagai pasrah terhanyut oleh arus takdir yang terus menuntunku


Backsoundnya jika berminat


"aku sudah makan"

"mau kemana emang"

kataku pelan agar tidak menyinggung persaannya, karena sebelumnya sudah makan maka aku berkata jujur dan semoga dia mengerti maksudku

*mengerutkan dahi* 

*menatap sinis*

"aku udah jauh jauh ya kesini"

"temenin makan saja kamu tak mau"

katanya, aku tahu jika sikapnya ini menunjukkan keharusanku untuk mengikuti apa yang dia mau, berasa bodoh jika 2 tahun bersamanya aku tak tau apa yang dia mau

"ada makanan enak sih"

"cuma tak cocok untuk makan berat jika kamu mau akan aku antar kamu disitu"

"ayuk deh kalau begitu"

*senyum*

katanya sambil mengikuti jalanku menuju kendaraan yang kami tuju, tak lama kami menggunakan pengaman kepala dan bersiap bergegas sambil membawa barang bawaannya

*melamun*

*berfikir keras*

kapan waktu yang tepat untuk bertanya perihal kedatangannya di sini ? haruskah sekarang ? atau nanti saja ? atau tak perlu bertanya ? namun aku tak tahu apa motif dibalik semua ini

*memeluk dari belakang*

"kamu ikut makan ya nanti"

hmm sudah kuduga, tak perlu lagi merisaukan apa yang dia mau dan apa tujuan dia kesini dengan begini aku sudah tau semoga dugaanku benar

*dengan rasa penuh biasa biasa saja*

"iya iya aku ikut"

kataku sambil memedam rasa senang dengan topeng kebiasaan ku yang emang cuma segelintir orang tau karna aku pandai sekali menyembunyikan perasaanku

"mukanya gausah sok biasa gitu"

"kangenkan sama aku"

"ga pernah kan dipeluk lagi semenjak kita putus"

katanya sambil menggodaku karna memang setelah itu aku menjadi sosok lelaki yang tak punya semangat hidup, untuk mencoba mencari penggantinyapun aku telah gagal, sunggu aku teergolong pria yang merugi

*ketawa*

cuma itu yang bisa lakukan untuk menghiburku, dan memang ketawa adalah obat segala macam penyakit dan juga topeng yang tepat untuk menyembunyikan rasa malu ini, 

aku tau jika gengsiku ini gapernah hilang maka hidupku akan selalu begini terus menerus. jujur aku orangnya gengsian. untuk sekedar menelpon atau mengirim pesanpun aku tak mau duluan entahlah

*mematikan mesin*

*melepas helm*

"udah sampai nih, kamu mau pesan apa?"

"duduk disana ya nanti aku susul"

suruhku untuk aku saja yang memesankan menu untuknya agar dia kemmbali nyaman bersamaku

"apa aja deh"

tanggapnya sambil menuju meja mungil dengan 2 kursi yang menemani, dari tadi aku tak melihatnya mengeluarkan hp sedikitpun setelah bersamaku, syukurlah 

*memesan*

"mas pisang ijonya 2 ya"

kataku karna aku sebelumnya kesini cuma memesan ini dan hasilnya memuaskan, cukup 1 porsi aja aku tak habis 

"silahkan bayar kak"

sambil memberikan struk pembayaran dan sambutan uangku pun diterimanya dengan rasa hormat aku undur diri sambil menghampirinya

"ehm gimana perjalanannya ?"

kataku berbasa basi untuk memcah keheningan ini

"lumayan capek tau adit, lagian kamu kuliah jauh amat sih"

katanya mengeluh sambil cemberut, imut sih hahaha

*ketawa* 

"maaf deh hehehe, ada urusan apa?"

kataku langsung menjurus kepermasalahan agar segera berahir penasaranku perihal kedangannya ini

"kan waktu itu kamu mengajakku main main kemalang"

"inget ga pesan kamu waktu itu "

katanya sambil membantuku mengingat ngingat pesanku waktu itu saat masih duduk di bangku SMA. aku memingatnya bukannya jika tak salah "temui aku jika sudah selesai mencari lagi" kataku waktu itu ya

"jadi sudah lelah mencari yang baru" 

kataku sambil mengharapkan kata iya dan kesempatan terbuka kembali

"hahaha enggak lah, aku capek kerja mau liburan aja"

katanya membalas pertanyaanku yang tiba tiba terlontar seenaknya, mungkin yang dia pikir aku aku masih mengharapkannya sekarang, tak apalah memang itu perasaanku 

"oh kirain mau balik ke aku ri"
Ri adalah panggilan singkatku terhadapnya , namanya Ria mantanku waktu SMA, bukan wanita populer dikelas namun wanita tegar yang pernah bisa membuatku bertekuk lutut melakukan apapun demi dia

"jadi kesalahanku waktu itu masih belum dimaafin ria ?"

~maaf sampe sini dulu guys takut penulis baper beneran dengan khayalannya~

Sebelum Semuanya Terjadi

Comments